Sabtu, 19 Oktober 2013

Pengembangan Diri



Pedoman Pengembangan Diri: 5 Latihan Jitu Membangun Rasa Percaya Diri

Melihat koleksi buku-buku bapak semasa kuliah yang kebanyakan sudah lusuh dan bulukan ditambah warna kertas yang sudah menguning karena termakan waktu, membuat hasrat saya untuk memegang buku-buku itu tak terlalu membanggakan, barang kali bernilai nol besar. Baru deh, ketika tugas kuliah bertubi-tubi menghampiri, saya mulai terpaksa membuka buku-buku yang sebagian lembarannya menjadi santapan nikmat binatang-binatang kecil pemakan kayu. Kebetulan saja, dahulu bapak pernah mengenyam pendidikan sarjana di perguruan tinggi Islam di Jogja, paling tidak materi perkuliahan yang beliau dapat masih ada sangkut-pautnya dengan jurusan yang kini saya ambil, Pendidikan Agama Islam.
Di tengah kesibukan menggeledah ‘harta karun’ milik bapak, ada satu buku yang membuat saya tertarik, judulnya “Berpikir dan Berjiwa Besar”, yang merupakan buku terjemahan dari judul asli “The Magic of Thinking Big” karya Dr. D. J. Schwartz yang diterbitkan pada tahun 1978. Buku yang khusus diterbitkan dalam rangka memperingati 50 tahun Sumpah Pemuda inilah yang mengantarkan bapak menuju kesuksesan, aku beliau beberapa hari yang lalu.
Dengan gesit saya melahap buku bestseller itu, dan akhirnya kedua mata ini tertuju pada sebuah pembahasan mengenai pedoman praktis tentang lima latihan untuk membangunkan kepercayaan diri. Tindakan yang musti pertama kali kawan-kawan lakukan adalah baca pedoman-pedoman ini dengan seksama. Berusahalah untuk mempraktekkannya dan membangun rasa percaya pada diri sendiri. Let’s check this out!
1.      Berusahalah duduk di depan
Kawan-kawan tentu sering mengalami dan melihat kursi-kursi yang di belakang dalam pertemuan-pertemuan cepat penuh, bukan?Hal ini disebabkan karena rasa percaya diri yang kurang sehingga kebanyakan orang lebih memilih untuk tidak ingin kelihatan “mencolok”. Ketahuliah bahwa duduk di depan dapat membangun rasa percaya diri. Praktekkan ini. Mulai sekarang, berusahlah duduk sedepan mungkin. Memang, kita makin “kelihatan” dengan posisi duduk di depan, akan tetapi ingatlah bahwa tak ada salahnya kita “terlihat”, demi proses kesuksesan kita.
2.      Lakukanlah “kontak mata”
Tidak baik menghindari pandangan orang lain, karena maknanya: “Saya takut”. Saya tak ada kepercayaan.” Kalahkan rasa takut ini dengan secara sengaja memandang mata orang lain. Memandang mata orang berarti: “Saya jujur. Saya percaya tentang apa yang saya akan katakan kepada anda. Saya tidak takut. Saya percaya.”
Usahakan supaya pandangan mata kita bekerja untuk kita. Tujukan pandangan kita langsung ke arah mata orang lain. Ini tak saja memberi kepercayaan kepada diri kita, melainkan membuat orang menaruh kepercayaan pada kita.
3.      Jalanlah 25 % lebih cepat
Para ahli psikolog menganggap sikap jalan yang kurang tetap sebagai tanda orang itu tidak mempunyai sikap yang enak terhadap diri sendiri, terhadap pekerjaan, dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli psikolog itu pun menyatakan bahwa dengan mengubah cara jalannya, maka sikap jiwa seseorang juga akan berubah. Maka dari itu, mereka menganjurkan untuk mempercepat jalan kita.
Laksanakan teknik ini untuk membangun rasa percaya diri. Bersikaplah tegak, tegakkanlah kepala, dan jalanlah sedikit lebih cepat dari orang lain, maka kawan-kawan akan merasakan kepercayaan diri akan kian bertambah. Cobalah dan nikmati hasilnya.
4.      Angkat bicaralah di setiap kesempatan
Makin seseorang tak bisa bicara, makin ia merasa tidak mampu, dan makin tak percaya diri. Biasanya mereka mengatakan “Saya akan berbicara lain waktu saja”.
Catat: Tiap kali orang tidak angkat bicara, maka ia pun makin tak percaya diri. Begitu pun sebaliknya, makin ia berani angkat bicara, maka makin besar kepercayaan seseorang pada dirinya sendiri, dan mudah angkat bicara di lain waktu. Angkat bicaralah dengan sukarela dalam setiap pertemuan yang kawan-kawan kunjungi. Jangan bertanya: “Apakah saya bisa berbicara?”. Sebaliknya, berusahalah supaya mendapat perhatian dari dosen atau ketua pertemuan, dan berbicaralah.
5.      Senyumlah lebar-lebar
Senyumlah lebar-lebar, tapi jangan berikan senyuman palsu pada orang lain. Sebab senyum yang setengah-setengah kurang meyakinkan itu tak bisa menjamin kesuksesan. Tersenyumlah hingga gigi-gigi kita terlihat. Peliharalah tenaga dan kekuasaan yang terdapat dalam senyum.

Sumber: Dr. D. J. Schwartz, Berpikir dan Berjiwa Besar, cetakan pertama, (Jakarta: Penerbit Gunung Jati, 1978) hlm, 76-79
Dikutip oleh: Nurul Hikmah Sofyan, dengan pengubahan seperlun

0 komentar:

Posting Komentar