Pedoman
Pengembangan Diri: 5 Latihan Jitu Membangun Rasa Percaya Diri
Melihat
koleksi buku-buku bapak semasa kuliah yang kebanyakan sudah lusuh dan bulukan
ditambah warna kertas yang sudah menguning karena termakan waktu, membuat
hasrat saya untuk memegang buku-buku itu tak terlalu membanggakan, barang kali
bernilai nol besar. Baru deh, ketika tugas kuliah bertubi-tubi menghampiri,
saya mulai terpaksa membuka buku-buku yang sebagian lembarannya menjadi
santapan nikmat binatang-binatang kecil pemakan kayu. Kebetulan saja, dahulu
bapak pernah mengenyam pendidikan sarjana di perguruan tinggi Islam di Jogja,
paling tidak materi perkuliahan yang beliau dapat masih ada sangkut-pautnya
dengan jurusan yang kini saya ambil, Pendidikan Agama Islam.
Di
tengah kesibukan menggeledah ‘harta karun’ milik bapak, ada satu buku yang
membuat saya tertarik, judulnya “Berpikir dan Berjiwa Besar”, yang merupakan
buku terjemahan dari judul asli “The Magic of Thinking Big” karya Dr. D. J.
Schwartz yang diterbitkan pada tahun 1978. Buku yang khusus diterbitkan dalam
rangka memperingati 50 tahun Sumpah Pemuda inilah yang mengantarkan bapak
menuju kesuksesan, aku beliau beberapa hari yang lalu.
Dengan
gesit saya melahap buku bestseller itu, dan akhirnya kedua mata ini tertuju pada
sebuah pembahasan mengenai pedoman praktis tentang lima latihan untuk
membangunkan kepercayaan diri. Tindakan yang musti pertama kali kawan-kawan
lakukan adalah baca pedoman-pedoman ini dengan seksama. Berusahalah untuk
mempraktekkannya dan membangun rasa percaya pada diri sendiri. Let’s check this
out!
1.      Berusahalah duduk di depan
Kawan-kawan
tentu sering mengalami dan melihat kursi-kursi yang di belakang dalam
pertemuan-pertemuan cepat penuh, bukan?Hal ini disebabkan karena rasa percaya
diri yang kurang sehingga kebanyakan orang lebih memilih untuk tidak ingin
kelihatan “mencolok”. Ketahuliah bahwa duduk di depan dapat membangun rasa
percaya diri. Praktekkan ini. Mulai sekarang, berusahlah duduk sedepan mungkin.
Memang, kita makin “kelihatan” dengan posisi duduk di depan, akan tetapi ingatlah
bahwa tak ada salahnya kita “terlihat”, demi proses kesuksesan kita.
2.      Lakukanlah “kontak mata”
Tidak
baik menghindari pandangan orang lain, karena maknanya: “Saya takut”. Saya tak
ada kepercayaan.” Kalahkan rasa takut ini dengan secara sengaja memandang mata
orang lain. Memandang mata orang berarti: “Saya jujur. Saya percaya tentang
apa yang saya akan katakan kepada anda. Saya tidak takut. Saya percaya.”
Usahakan
supaya pandangan mata kita bekerja untuk kita. Tujukan pandangan kita langsung
ke arah mata orang lain. Ini tak saja memberi kepercayaan kepada diri kita,
melainkan membuat orang menaruh kepercayaan pada kita.
3.      Jalanlah 25 % lebih cepat
Para
ahli psikolog menganggap sikap jalan yang kurang tetap sebagai tanda orang itu
tidak mempunyai sikap yang enak terhadap diri sendiri, terhadap pekerjaan, dan
orang-orang di sekitarnya. Para ahli psikolog itu pun menyatakan bahwa dengan
mengubah cara jalannya, maka sikap jiwa seseorang juga akan berubah. Maka dari
itu, mereka menganjurkan untuk mempercepat jalan kita.
Laksanakan
teknik ini untuk membangun rasa percaya diri. Bersikaplah tegak, tegakkanlah
kepala, dan jalanlah sedikit lebih cepat dari orang lain, maka kawan-kawan
akan merasakan kepercayaan diri akan kian bertambah. Cobalah dan nikmati
hasilnya.
4.      Angkat bicaralah di setiap kesempatan
Makin
seseorang tak bisa bicara, makin ia merasa tidak mampu, dan makin tak percaya
diri. Biasanya mereka mengatakan “Saya akan berbicara lain waktu saja”.
Catat: Tiap
kali orang tidak angkat bicara, maka ia pun makin tak percaya diri. Begitu
pun sebaliknya, makin ia berani angkat bicara, maka makin besar kepercayaan
seseorang pada dirinya sendiri, dan mudah angkat bicara di lain waktu. Angkat
bicaralah dengan sukarela dalam setiap pertemuan yang kawan-kawan kunjungi.
Jangan bertanya: “Apakah saya bisa berbicara?”. Sebaliknya, berusahalah supaya
mendapat perhatian dari dosen atau ketua pertemuan, dan berbicaralah.
5.      Senyumlah lebar-lebar
Senyumlah
lebar-lebar, tapi jangan berikan senyuman palsu pada orang lain.
Sebab senyum yang setengah-setengah kurang meyakinkan itu tak bisa menjamin
kesuksesan. Tersenyumlah hingga gigi-gigi kita terlihat. Peliharalah tenaga dan
kekuasaan yang terdapat dalam senyum.
Sumber:
Dr. D. J. Schwartz, Berpikir dan Berjiwa Besar, cetakan pertama, (Jakarta: Penerbit
Gunung Jati, 1978) hlm, 76-79
Dikutip oleh: Nurul
Hikmah Sofyan, dengan pengubahan seperlun








0 komentar:
Posting Komentar