Rabu, 22 Januari 2014

Artikel Koran



Penghayatan Lagu-Lagu Nasional: Menggugah Semangat Kreativitas Anak Bangsa dalam Mewarnai Pendidikan Indonesia

Semakin ke sini rasanya semakin jarang pula kita menyanyikan lagu-lagu Nasional. Terlebih bagi akademisi tingkat teratas layaknya mahasiswa yang bisa dibilang sudah jarang mengadakan upacara rutin hari Senin yang di dalamnya dilantunkan lagu Indonesia Raya, Himne Guru, atau Terimakasihku. Paling banter hanya menyanyikan lagu wajib Indonesia Raya ketika mengadakan acara seminar kampus. Kini lagu-lagu Nasional sudah langka terdengar di telinga, bahkan nyaris tidak pernah dinyanyikan lagi.
Masih untung bisa mengingat satu, dua atau tiga baris bait lagu-lagu Nasional tersebut, justru ada yang lebih parah seperti lupa akan lagu-lagu Nasional seiring bertambahnya usia, bukan tanpa sebab sengaja melupakan, semoga, barangkali karena tergesernya popularitas lagu-lagu kebangsaan dengan lagu-lagu pop yang bermunculan belakangan. Bait-bait 45 lagu Nasional yang sarat akan nilai-nilai luhur terkadang justru terabaikan pesan-pesan kebangsaannya. Semestinya melalui penghayatan akan lagu-lagu Nasional, warga Indonesia bisa mengambil nilai-nilai kearifan lokal ke-Indonesia-an yang nantinya bisa diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penghayatan akan pesan moralis yang tertuang dalam lirik demi lirik lagu-lagu Nasional sepatutnya dapat menjadi bahan refleksi bangsa kita untuk mengobarkan semangat nasionalisme dan pengabdian totalitas pada Bumi Pertiwi. Marilah kita simak sejenak salah satu lagu Nasional yakni “Bagimu Negeri” ciptaan R. Kusbini yang menyentuh jiwa dengan penghayatan yang dalam.
Padamu negeri kami berbakti
Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami mengabdi
Bagimu negeri jiwa raga kami
            Melalui renungan yang mengarah ke dalam semakin ke dalam, mafhumlah kita bahwa dedikasi terhadap bangsa dan negara musti direalisasikan secara total jiwa dan raga. Salah satu lakon yang berperan dalam memajukan bangsa adalah para tunas muda, khususnya dari kalangan akademisi yang mempunyai andil untuk menyukseskan bangsa lewat pendidikan, dalam konteks ini adalah peran mahasiswa atas partisipasinya sebagai generasi ujung tombak penerus bangsa.
Sebagaimana yang dipaparkan dalam buku kompilasi pengalaman mengajar anak bangsa “Mengabdi di Negeri Pelangi” terbitan Kompas, termaktub bahwa para Pengajar Muda Indonesia Mengajar yang merupakan para sarjana berprestasi dari berbagai universitas terbaik Indonesia ditempatkan di daerah terpencil selama satu tahun penuh. Selama mengabdi di tingkat sekolah dasar, mereka menjadi bagian dari saksi mata yang menyaksikan potret pendidikan pedesaan yang keadaannya sangat kontras dengan pendidikan di perkotaan. Mulai dari masalah paling klise yakni kemiskinan, minimnya kesadaran akan pendidikan, sarana prasarana yang kurang memadai sampai parahnya infrastruktur, dan trauma pascakonflik.
Dedikasi nyata dalam bentuk kegiatan mengajar di pedesaan yang terpencil bisa menjadi manifestasi alternatif pembelaan terhadap negara bagi muda-mudi untuk menyukseskan bangsa, setidaknya melalui tangan-tangan para Pengajar Muda Indonesia, kesenjangan pendidikan dapat tersentuh dan tercerahkan akan dunia luar oleh mereka yang peduli disamping berkompeten dan profesional. Salah seorang Pengajar Muda angkatan pertama berbagi kisah ihwal pengalamannya ketika ia ditugaskan setahun lamanya di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, sebut saja namanya Yunita Fransisca, seorang Sarjana Psikologi dari Universitas Indonesia. Selama di Paser, ia bermukim di Desa Suatang Baru, sekitar 17 km dari Tanah Grogot, ibu kota Kabupaten Paser. Memakan waktu yang cukup lama untuk mencapai desa itu, yakni sekitar empat jam perjalanan dari Balikpapan.
Alangkah mulia dan tulus niat baik para pengajar muda yang memiliki tekad untuk memberi warna yang lebih kentara di permukaan pendidikan Indonesia melalui pengorbanan tenaga, pikiran dan waktu untuk terjun langsung ke pelosok pedesaan baik dari Sabang sampai Merauke. Senyampang masih muda, selagi pikiran masih dapat terfokus untuk secara total memikirkan orang banyak, pun tenaga yang masih bisa diandalkan, berangkat dari penghayatan akan nilai-nilai luhur dalam senarai lagu-lagu Nasional, marilah kita bangkitkan semangat cinta dan dedikasi terhadap Tanah Air dengan memberantas kebodohan sebagaimana yang telah dilakukan oleh para Pengajar Muda Indonesia Mengajar. Sebagaimana amanat yang disampaikan dalam lagu Nasional “Bangun Pemuda-Pemudi” karangan Alfred Simanjuntak sebagai berikut:
Bangun pemudi pemuda Indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas
Tak usah banyak bicara trus kerja keras
Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih
Bertingkah laku halus hai putra negri
Bertingkah laku halus hai putra negri

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Ujian Akhir Semester 3 Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah,Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, MSI, Nama Mahasiswi: Nurul Hikmah Sofyan, NIM: 123111128, Kelas: PAI-3D FITK IAIN Walisongo Semarang)

0 komentar:

Posting Komentar