Selasa, 22 Oktober 2013

Coffee Break





Kawan Hidup dan Buku*

“Kalau sarapan telat melulu, sepertinya mulai bulan depan anggaran  untuk membeli buku musti dipangkas. Pekerjaan kantor akan saya bawa pulang saja ke rumah, biar kesibukan bertambah agar tak ada waktu untuk menemanimu pergi ke toko buku.” Ucap si lelaki dengan nada lembut tapi dalam dan agak sedikit mengancam.
Oh,, tidak!
Dengan sigap perempuan itu langsung meninggalkan tumpukan bacaannya di atas tempat tidur dan buru-buru berlari menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk kawan hidupnya itu.
Dengan wajah memelas perempuan itu memohon agar ‘rencana jahat’ itu tak usah direalisasikan saja. Ia berjanji akan menahan keinginannya untuk menyantap buku di pagi hari, kalau perlu kawan hidupnya itu bisa menyembunyikan buku-bukunya di brangkas asalkan setelah santap pagi tersaji di meja makan, ia diijinkan kembali untuk berkawan dengan teman setianya yang kedua itu, buku.
*flashback
Di saat umur si perempuan menginjak usia 22 tahun, takdir telah mempertemukan mereka di sebuah toko buku ternama di tengah kota. Mereka sama-sama kutu buku. Mereka sama-sama menyukai sastra dan kopi. Mereka sama-sama terobsesi dengan tempat persinggahan sementara. Bahkan mereka mempunyai kebiasaan yang sama pula, betah berlama-lama melahap buku sebanyak mungkin di toko buku. Hanya usia yang membedakan mereka, cukup jauh jarak usia mereka. Kebanyakan orang beranggapan bahwa mereka kakak beradik  jika jalan berdua.
Perempuan itu bersyukur sekali bisa menemukan tambatan hati yang hampir sama dengan kepribadiannya, lantaran kegilaan kawan hidupnya itu pada buku dan sastra. Sudah bisa diterka, hunian mereka bak sebuah perpustakaan, rak-rak menempati tiap sudut ruangan. Satu lagi, lantaran mereka sama-sama orang sastra, mereka menikmati setiap ritme skenario Tuhan yang terjadi dalam kehidupan satu atap itu, penuh penghayatan. Perempuan itu merasa memiliki apa yang dimiliki kawan hidupnya. Ia mencintai dirinya dalam lingkaran diri kawan hidupnya.

Semarang, 23 Oktober 2013
*Pemulung Kata (Nurul Hikmah Sofyan)

0 komentar:

Posting Komentar