Minggu, 17 November 2013

Sajak Kerinduan




"Kawan, Kabarkanlah padaku"

Kawan, kabarkanlah padaku keadaanmu
Kesehatanmu, kabar studimu, di belahan bumi mana kini kau berada
Sungguh, diri ini merindu, sebagaimana kita pernah hidup seatap, satu asrama, di pingggiran kota Surakarta, Bonoloyo
Aku merindumu sebagai sahabat, sebagaimana kita pernah menjelma menjadi semi santri, senasib seperjuangan
Sama-sama belajar sampai larut malam,
Lalu esok hari, kita takut menghadapi hari-hari ujian tutorial yang materinya masih sulit kita pahami
Kita yang berbarengan harap-harap cemas bercampur khawatir ketika masuk kelas Nahwu-Shorof,
Apalagi ketika malam kajian kitab, kita selalu mengendap-endap berangkat paling akhir untuk duduk di barisan paling belakang lantaran takut ditunjuk ustadz untuk membaca kitab gundul.
Ah, ini hanya rekaanku saja akan perasaan kita yang kurang lebih sama, karena kita sama-sama maniak bahasa Inggris, tak paham bahasa Arab secara utuh
Maaf jikalau tuturku terlalu hiperbolik.
Lagi, kulontarkan maaf jikalau aku pernah mendiamkanmu
Meninggalkanmu sendiri di saat-saat kau paling membutuhkan seorang teman di sisimu
Maaf, jikalau aku tak bisa menjaga hari-harimu
Kawan, ijinkan aku menagisimu, menangis karena aku benar-benar merindukanmu.
Kabar bahagiamu, bahagia bagiku, pasti.
Sedihmu, sedihku.
Entah kau membaca sajak kerinduan ini atau tidak,
Satu pintaku,
Aku, seutas tali dari simpul persahabatan Qyzkaiwa El-Faza, akan senantiasa menunggu kabar hangat darimu, selalu.
Salam rindu.

Semarang, 17 November 2013
Pemulung Kata

0 komentar:

Posting Komentar